Sabtu, 23 Januari 2010

Cer Pen


Nama panggilanku adalah Nur. Aku adalah gadis berusia 16 tahun, sebentar lagi usiaku mau beranjak 17 tahun. Namun aku sangat tak bersemangat menghadapinya karena dari kecil aku hidup sebatang kara. Jangankan keluarga, sahabat atau teman pun aku tak punya. Kalau kamu tertarik dengan tantangan hidupku, maka simaklah kisah hidupku ini.

Aku bersekolah di SMA GRIYA PERMATA di Garut (JAWA BARAT), sekolah ini memang diperuntukkan bagi anak pejabat dan orang kaya. Aku bersekolah disini karena aku mendapat beasiswa dari SMPku dulu. Untuk mendapat tempat tinggal dan ongkos ke sekolah, aku harus bekerja sebagai pembantu rumah tangga di rumah kepala sekolahku.

Seperti biasanya setiap pagi aku harus ke pasar sehingga aku terlambat ke sekolah. Namun ketika sampai ke sekolah aku pun di kagetkan oleh suara yang berasal dari kelasku, kelas yang selama ini sering di sanjung guru-guru karena kepintarannya dan kedamaiannya. Aku pun langsung bergegas kesana karena penjaga gerbang kebetulan tidak ada. Setelah ku lihat, ternyata di kelasku tidak ada guru dan alangkah kagetnya aku ketika ku lihat kelompok PURPLE (kelompok terbesar di kelasku yang terdiri dari Nida,Ayu,Ratih dan Imma) yang sedang mengerubuni tempat dudukku, padahal selama aku bersekolah disana tak ada satu pun anak yang mau mendekati tempat dudukku karena mereka takut tertular miskin seperti aku.

Setelah memasuki kelas, aku baru sadar kalau ternyata mereka ingin berkenalan dengan anak baru laki-laki yang kebetulan duduk di samping tempat dudukku. Sebenarnya ada juga anak baru perempuan pindahan dari Jakarta. Namun entah mengapa, teman-temanku enggan berkenalan dengannya. Ketika ada anak baru laki-laki, barulah mereka berebut untuk berkenalan dengan anak laki-laki itu. Setelah beberapa menit kemudian, guru PKN pun memasuki kelas dan memperkenalkan kedua anak baru itu. Dari penuturannya aku tahu bahwa anak laki-laki itu berasal dari Surabaya, ia bersekolah disini karena ayahnya sedang bertugas di Garut. Sedangkan anak baru perempuan itu bersekolah disini karena ia sedang mempunyai masalah terhadap keluarganya.

Bel istirahat pun berbunyi, maka aku memberanikan diri untuk berkenalan dengan anak baru perempuan itu. Padahal sebelumnya aku tak pernah berani untuk berbicara dengan siswa-siswi SMA ini, namun saat aku bertemu dengannya aku tertarik untuk bersahabat dengannya. Setelah berkenalan, kami pun berbincang-bincang tentang SMA kami. Aku yakin dia adalah anak yang tidak sombong karena selama bersahabat, dialah yang memberikan semangat agar aku tidak putus asa, aku pun sering memberikannya nasihat agar ia tidak memusuhi keluarganya sendiri. Dan akhirnya kami pun saling memberi masukan yang bermanfaat bagi kami. Suatu ketika Sinta (nama sahabatku) CurHat kepadaku bahwa ia telah menaruh hati pada Donny si anak baru itu, aku pun kaget karena sebelumnya aku sudah simpati terhadap Donny. Namun aku tak berani mengucapkannya karena aku takut kalau sampai ia marah padaku dan tidak mau berteman denganku, maka aku menyimpannya di dalam hatiku saja.

Hari berganti hari, bulan pun telah berganti bulan, 2 hari lagi usiaku akan genap 17 tahun, namun aku tidak sedikit pun senang karena aku merasa UlTahku ini sama seperti tahun-tahun biasanya.

Hari ini sekolah memberitahukan kalau besok kami akan Camping ke Hutan Bayangkara. Setelah aku dibagikan kelompok akhirnya aku berkelompok dengan Donny dan Sinta. Tibalah saatnya pembagian tugas, kelompok kami pun mendapat tugas untuk mencari 10 jenis buah-buahan yang terdapat di hutan itu. Aku dan kelompokku pun langsung bergegas memasuki hutan. Tiba-tiba, terlihat sosok yang mengerikan telah berada di depan kami, ternyata sosok yang mengerikan itu adalah seekor monyet yang besar kami pun berpencar entah kemana. Tanpa ku sadari, aku malah berpegangan tangan dengan Donny. Namun betapa kagetnya aku ketika ku lihat di kiri dan kananku ternyata tidak ada Sinta, namun setelah beberapa menit kemudian, monyet yang tadi mengejar kami ternyata kembali melakukan kesalahannya lagi. Dalam kebingungan Donny, aku merasa ada yang berbeda dari kalbuku. Semakin kencang kami berlari semakin erat pegangan Donny terhadap diriku. Aku pun mulai terbawa ke dalam angan-anganku.

Setelah ku buka mata ini, aku pun mulai bingung dengan suasana yang ku lihat sekarang, semua begitu cepat berubah. Ku lihat seorang ibu dengan senyumnya yang mengembang kepadaku, baru kali ini aku mendapat senyuman yang tulus dari seorang ibu. Aku pun bertanya kepada ibu itu kejadian apa yang telah terjadi, ternyata ini adalah rumah Donny, aku dibawa ke rumahnya karena di tengah hutan tadi aku pingsan, aku pun terpaku dengan apa yang telah kulihat barusan, sebuah rumah megah dengan berbagai barang yang mewah-mewah. Belum lama aku keheranan, aku langsung tercengang ketika melihat sebuah kamar yang penuh dengan 16 kado UlTah yang besar-besar, aku pun tertarik untuk bertanya kepada ibu Donny mumpung Donny sedang mencari Sinta yang tak searah dengan kami.

“Bu, ini sebenarnya tempat apa ya?“, tanyaku pada ibu Donny. “Oh, itu...itu adalah kamar kembaran Donny, dia sekarang sudah berusia 16 tahun dan sebentar lagi dia akan berulang tahun yang ke 17, maka sebentar lagi, kami akan menaruh kado yang ke 17 di kamar itu untuk mengenangnya karena ibu belum pernah merayakan UlTahnya bersamanya karena sewaktu masih bayi, dia telah hilang karena sewaktu ayah Donny menjemput ibu di tempat bersalin, ada segerombolan perampok menghadang mobil yang kami tumpangi padahal waktu itu kami sedang berbahagia dan kami berencana untuk merayakannya sewaktu tiba di rumah, namun semua itu hanya tinggal rencana karena perampok itu menyandra bayi perempuan kami, namun Tuhan berkehendak lain, ia di bawa kabur oleh seorang kepala sekolah yang melewati kami tapi untungnya papan nama untuknya masih tertempel di keranjang bayinya,semoga bapak itu tetap memberinya nama itu. Namun kami tak tau dimana ia membawa bayi kami. Ingin rasanya aku bertemu dengannya, karena aku ingin merayakan UlTahnya pada hari ini. “Tak tau mengapa air mata pun mengalir melewati pipiku dan aku tak bisa menahannya lagi. Lalu ibu yang juga menangis itu berkata “Ya Tuhan, kembalikan Dinta Vanura kepadaku !” Tiba-tiba aku pun ikut dalam keharuan tanpa berpikir panjang aku langsung memeluk ibu yang tepat berada di depanku, TERNYATA DIA LAH IBU KANDUNG KU IBU YANG SELAMA INI SELALU MENGHARAPKAN KEDATANGANKU, aku sungguh tak menyangka bahwa rasa yang berbeda ini adalah rasa cinta dari sepasang saudara kembar.

Tak lama kemudian datanglah Donny dengan napas terengah-engah dan langsung menarik tanganku tanpa berbicara sepatah kata pun, aku pun dibawanya ke dalam hutan yang sempat membuat aku pingsan itu, lalu tampaklah sesosok gadis yang terlungkup di tengah jurang yang tidak terlalu dalam namun sangat curam, perlahan sambil mengambil napas terlebih dahulu Donny mulai memberitahukanku bahwa gadis yang sedang kami lihat itu adalah Sinta, aku pun kaget dan sempat tak percaya dengan perkataan Donny, sambil menangis tersedu-sedu aku langsung turun ke jurang dengan perlahan bermaksud untuk membuktikan perkataan Donny yang sangat tak ku percayai itu. Walaupun Donny sudah berteriak-teriak untuk melarangku ke jurang, namun aku tidak memperdulikan perkataan Donny sedikit pun juga karena aku lebih baik mati daripada mengetahui sahabatku sendiri meninggalkanku disana. Donny pun khawatir dengan perbuatanku itu, lalu ia menyusulku ke jurang lalu aku melanjutkan tangisku dengan lebih keras lagi saat perkataan Donny ku buktikan, seolah putus asa aku pun terjatuh dan menyesali perbuatanku yang tidak memperhatikannya saat di kejar monyet besar itu.

Tiba-tiba petir menyambar dan hujan pun datang seolah ikut berduka, awan yang terang berubah menjadi gelap, saat itu Donny pun mengeluarkan suara yang seakan menyuruh aku mendengarkannya. “Nur, sebenarnya rasa ini telah ku pendam sejak lama, namun aku rasa inilah watu yang tepat untuk mengatakannya, dari dulu aku mempunyai rasa yang berbeda terhadap dirimu, walaupun rasa yang sama juga terjadi kepada Sinta namun rasa yang lebih mengena adalah kepada dirimu”. Sejenak aku pun terpaku mendengar perkataan Donny, lalu aku menjawab, “Asal kau tahu aku juga memiliki rasa itu, kau dan aku merasa bahwa rasa itu adalah rasa cinta, namun kita salah sebenarnya rasa itu muncul karena kita adalah sepasang saudara kembar”. Saat itu juga Ibu Donny yang ternyata dari tadi sudah berada di atas jurang berkata “Benar Donny, itu adalah saudara kembarmu yang sering kau cari kemana-mana dan sekarang kau telah menemukannya, dia adalah Dinta Vanura”.Tanpa berkata apa-apa lagi Donny segera memelukku, lalu ia menangis, mendengar ia menangis aku pun ikut menangis dan langsung mendekap pelukannya. Lalu aku berkata, “Ternyata cinta sejatimu adalah Sinta, bukan aku”, mendengar ucapanku ia langsung memeluk Sinta yang pasti saat itu mendengar kami walaupun ia tidak lagi di dunia. KAMI AKAN SELALU MENGENANGMU, SINTA

...............................tamat...............................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar